Saturday, 27 June 2015

Mahasiswa: Puasa di Tahun 2015

Mungkin puasa tahun ini bukan puasa yang pertama saya di Malaysia sebagai mahasiswa rantau. Puasa ini adalah puasa ke 3 saya di Malaysia; sekali di Albukhary International Universty (AIU) dan 2 kali puasa di Universiti Utara Malaysia (UUM).

'Gaya Ramadhan di Albukhary International University, Alor Setar'

Memang ada perbedaan mendasar waktu menjalani puasa di antara dua kampus tersebut. AIU pada dasarnya adalah kampus dengan nuansa International dari 80% mahasiswanya tersebar dari negara - negara dari seluruh dunia, dan sisanya hanya 20% mahasiswa asli malaysia.

Lain halnya dengan UUM, yang hampir bisa dilihat dari kasat mata, semua warganya hampir mayoritas orang melayu; cina melayu, cina India, dan melayu asli. Dan orang Indonesia sendiri pun, bisa jadi masuk kategori melayu. Mungkin karena kampus ini adalah kampus negeri (milik kerajaan) seperti halnya ITS, Unair, UI, dll. Maka dari itu, orang internasional sepertinya telah ditelan sama populasi orang lokal.

Waktu di kampus AIU dulu, sahur dan berbuka puasa sudah disediakan sama kantin kampus. Menu sahur dan berbuka biasanya bermacam-macam menu dari belahan dunia per 2 minggu. Ada yang khas timur tengah, Asia tengah, Eropa timur, semenanjung India dan pastinya masakan khas Malaysia.

rendaman bawang merah untuk martabak

Kebanyakan saya tidak tahu nama makanan yang disediakan, saya cuman tahu rasa dan sekedar tanya ini masakan dari mana?. Seingatku, ada martabak dengan 87% bawang dan sisanya daging (martabak telurnya sangat berbeda dengan yang ada di surabaya). Ada lagi roti yang keras yang biasanya orang India, Uzbekistan dan Russia makan di padukan sama kuah kari berkacang (dan kari-nya pun berbeda yang ada di Surabaya).

Pernah waktu itu, teman dari Afghanistan dan Uzbekistan membuat masakan khas sana, yaitu Pavlov. Masakan mereka sangat identik karena bertetangga, dan mungkin cuman berbeda nama saja. Mungkin kalau orang Surabaya menyebutnya nasi kebuli. Hampir mirip sama kebuli, karena nasinya berbumbu +daging kambing/sapi.  Tetapi ini beda, mereka goreng dagingnya sampe sekitar 1 jam + ditambah wortel sebelum mereka tambah bumbu khas dan beras. Waktu itu saya lihat cara pembuatannya, dan secara spontan saya menanyakan:

"Seriously bro?? You wanna burn that meat? (Serius bro? itu gosong loh dagingnya)" aku menanyakan.

 "Hey, is it your traditional food or my food? (ini masakanmu atau masakanku?)" dia menyerang sambil tersenyum.
Pavlov, masakan dari Uzbek


Pernah saya menanyakan hanya tentang kacangnya itu yang aneh, karena mungkin saya tidak pernah makan. Teman saya dari Nepal sangat menyukainya, mereka bilang,"aku kangen sama kari buatan ibuku, tetapi setidaknya saya sudah makan ini, cukup mengobati rasa rinduku".

 Dan satu lagi yang unik ketika menghabiskan ramadhan disini adalah membangunkan para mahasiswa di asrama. Berawal dari salah satu teman Malaysia saya bernama Azlan, dia mempunyai ide untuk membangunkan para mahasiswa yang biasanya tidur 'molor'. Ide ini sangat berkesan untuk para mahasiswa asing yang ikut bergabung menabuh barang apapun untuk menghasilkan suara, dimana hal ini tidak berlaku di negaranya.


'Ramadhan di UUM'

Lain halnya suasana di AiU, di UUM kurang lebih sama dengan apa yang ada di Alor Setar. Mungkin karena letak geografis dari kampus AiU yang berada di ibu kota negara bagian Kedah, yang identik dengan keramaian. Di UUM, letaknya berada di perbatasan Malaysia-Thailand, dan masuk pedalaman bekas tambang timah (menurut sejarah yang saya baca). Karena letaknya yang nampaknya terisolasi dari dunia luar, UUM sepertinya menjadi kota baru di sekitar Sintok. Ada istilah kalau Sintok tidak punya UUM, mungkin Sintok adalah kota mati.

Biasanya kami mengandalkan ilmu 'mencari takjil gratis' yang lokasinya di masjid kampus. Sudah biasa bagi kami sebagai mahasiswa rantau, konsep ini harus kami terapkan. Hitung - hitung sedikit mengirit biaya makan. Kami hanya membeli makanan pada waktu sahur. Dan terkadang sahur, kita juga dapat makanan dari masjid setelah selesai sholat isya'.

Beginilah suasana ramadhan tahun 2015 di kampus saya.
Jalan menuju masjid

ke arah asrama

Jalan menuju masjid

Huda dan saya menyantab sahur, sahabat lulusan gontor dari Bekasi

menu sahur, ayam merah + telur orak arik

Masjid Sultan Badlishah, UUM

Suasana dalam masjid

Antri berbuka puasa

Suasana berbuka bersama

Suasana berbuka bersama (1)
Adzan adalah hal yang sangat dinantikan

Suasana berbuka bersama (2)

*Ditulis di kamar asrama TNB 2A216, menunggu saat berbuka puasa dan pulang dari UAS terakhir semester ini.
Share:

0 comments:

Post a Comment