Monday, 29 June 2015

Mahasiswa: Hanya Sekedar Obrolan Malam

Setelah keadaan perut yang sudah dipenuhi sama menu buka puasa yang disediakan masjid, kebiasaan perilaku manusia yang akan terjadi adalah mengantuk.

Malam itu, setelah sholat maghrib, saya langsung menuju beberapa shof ke belakang. Sholat sunnah pun tidak, saya langsung merebahkan badan ke lantai, tepat dibawah kipas yang sangat menyejukan kepala.

Entah ini efek kekenyangan atau efek bulan puasa yang membuatku mengubah jam tidur. Bisa juga karena siang itu saya baru menyelesaikan ujian terakhirku, dan itu membuatku tidak bisa tidur malam sebelumnya karena membaca materi ujian.

Tiba - tiba teman saya dari Somali yang tinggal di Saudi bernama Gido menghampiriku, dan merebahkan badan disampingku.

"ah, Im really tired bro, I dont know why"
"Yah bro, me too. I cant sit even. So, what's up?" jawabku

"Alhmdulillah good Zul, How about you? When is your last exam?"
"Alhmdulillah, me too. I've finished today!" saya menjawab dengan mata sayup.

Dua teman saya yang lain menghampiri setelah imam mengakhiri doanya. Mereka adalah Zaw Zaw Aung dari Myanmar, Ilham dari Padang, Indonesia dan Abdallah dari Eritrea.

Setelah menanyakan kapan pulang ke rumah karena kampus saat ini adalah musim liburan. Saya membuka obrolan dengan isu yang berkembang saat ini.

"hei kalian, pasti kalian tahu tentang berita 'rainbow'? tanyaku melengos.
"haha Zul, kamu membuka topik pembicaraan ini?" jawab Abdallah, "Saya pun tidak tahu ada apa di dunia saat ini. Saya yakin ini kiamat sudah sangat dekat sekali!" dia menekankan

Tak lain dan tak mungkin, berita 'rainbow' adalah berita tentang diakuinya pernikahan sesama jenis di AS. Dan itu bermula ketika pemerintahan setempat mengetuk palu hukum tadi malam, bahwa pernikahan sejenis bukan suatu tindakan yang salah.

"Ini adalah langkah awal bagi barat bahwa mereka juga akan melegalkan pernikahan dengan anak kecil (pedofil). Mungkin juga mereka akan meresmikan pernikahan dengan adek atau kakak kandungnya !!" dia beragumen.

"Astaghfirullah, bagaimana bisa mereka menikahi sejenis? saya tidak habis pikir setelah melihat berita tadi malam. Dan saya juga sedang membaca tadi sebelum kalian membahas masalah ini" Gido menggeleng kepala sambil tidur dilantai.

"Come on! itulah kenapa ada alasan Allah menciptakan Adam (Adam) dan Hawa (Eve), bukan Adam dan Steve!" kata Abdallah. "Sudahlah kita ini di dalam masjid, sebaiknya tidak usah membahas ini lebih dalam".

kalimat Abdallah membuat kami semua tertawa.

statement di akun facebook Abdallah

Malam tadi juga berlangsung tiga peristiwa berdarah di belahan dunia; bom bunuh diri di masjid syiah Kuwait, penembakan di pesisir pantai Tunisia, dan pemenggalan kepala di Perancis.

Saya juga pun kurang tahu, kenapa masalah - masalah tersebut selalu disangkut pautkan sama yang namanya agama. Mungkin mereka 'sedikit' salah mengartikan makna yang terkandung dalam kitab Al-quran. Istilah jawanya 'kesandung'. Dan kadang mereka menyalahgunakan konteks masa lalu dan sekarang. Salah satu contohnya adalah perdagangan manusia (budak).

Tak selang beberapa lama, Gido mentraktir kami semua minum teh khas Somali tepat di kedai sebelah masjid. Mau menolak sungkan, lumayan sebagai vitamin mata yang sudah agak merah dan bengkak. Ditambah lagi perut ini sedikit berkurang kapasitasnya dan harus diisi lagi.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, teh pun tersaji. Teh disediakan sangat panas, dan itu memang khas timur tengah.

Dari aroma bau sudah tercium ada rempah - rempah. Saya tidak tahu pasti, kemungkinan ada kombinasi jintan sama kayu manis. Dilihat dari penampilan agak sedikit mirip sama teh susu khas Malaysia.

Dikarenakan waktu isya' sudah tiba dan harus tarawih, kami harus sedikit lebih cepat menghabiskan minuman itu. Obrolan tadi hanya sebatas obrolan biasa yang tidak akan mengubah dunia dan seisinya.

penampilan teh Somali dan Abdallah sebagai background

Ayah membaca Alquran dan anak 'membaca' hp

Share:

Saturday, 27 June 2015

Mahasiswa: Puasa di Tahun 2015

Mungkin puasa tahun ini bukan puasa yang pertama saya di Malaysia sebagai mahasiswa rantau. Puasa ini adalah puasa ke 3 saya di Malaysia; sekali di Albukhary International Universty (AIU) dan 2 kali puasa di Universiti Utara Malaysia (UUM).

'Gaya Ramadhan di Albukhary International University, Alor Setar'

Memang ada perbedaan mendasar waktu menjalani puasa di antara dua kampus tersebut. AIU pada dasarnya adalah kampus dengan nuansa International dari 80% mahasiswanya tersebar dari negara - negara dari seluruh dunia, dan sisanya hanya 20% mahasiswa asli malaysia.

Lain halnya dengan UUM, yang hampir bisa dilihat dari kasat mata, semua warganya hampir mayoritas orang melayu; cina melayu, cina India, dan melayu asli. Dan orang Indonesia sendiri pun, bisa jadi masuk kategori melayu. Mungkin karena kampus ini adalah kampus negeri (milik kerajaan) seperti halnya ITS, Unair, UI, dll. Maka dari itu, orang internasional sepertinya telah ditelan sama populasi orang lokal.

Waktu di kampus AIU dulu, sahur dan berbuka puasa sudah disediakan sama kantin kampus. Menu sahur dan berbuka biasanya bermacam-macam menu dari belahan dunia per 2 minggu. Ada yang khas timur tengah, Asia tengah, Eropa timur, semenanjung India dan pastinya masakan khas Malaysia.

rendaman bawang merah untuk martabak

Kebanyakan saya tidak tahu nama makanan yang disediakan, saya cuman tahu rasa dan sekedar tanya ini masakan dari mana?. Seingatku, ada martabak dengan 87% bawang dan sisanya daging (martabak telurnya sangat berbeda dengan yang ada di surabaya). Ada lagi roti yang keras yang biasanya orang India, Uzbekistan dan Russia makan di padukan sama kuah kari berkacang (dan kari-nya pun berbeda yang ada di Surabaya).

Pernah waktu itu, teman dari Afghanistan dan Uzbekistan membuat masakan khas sana, yaitu Pavlov. Masakan mereka sangat identik karena bertetangga, dan mungkin cuman berbeda nama saja. Mungkin kalau orang Surabaya menyebutnya nasi kebuli. Hampir mirip sama kebuli, karena nasinya berbumbu +daging kambing/sapi.  Tetapi ini beda, mereka goreng dagingnya sampe sekitar 1 jam + ditambah wortel sebelum mereka tambah bumbu khas dan beras. Waktu itu saya lihat cara pembuatannya, dan secara spontan saya menanyakan:

"Seriously bro?? You wanna burn that meat? (Serius bro? itu gosong loh dagingnya)" aku menanyakan.

 "Hey, is it your traditional food or my food? (ini masakanmu atau masakanku?)" dia menyerang sambil tersenyum.
Pavlov, masakan dari Uzbek


Pernah saya menanyakan hanya tentang kacangnya itu yang aneh, karena mungkin saya tidak pernah makan. Teman saya dari Nepal sangat menyukainya, mereka bilang,"aku kangen sama kari buatan ibuku, tetapi setidaknya saya sudah makan ini, cukup mengobati rasa rinduku".

 Dan satu lagi yang unik ketika menghabiskan ramadhan disini adalah membangunkan para mahasiswa di asrama. Berawal dari salah satu teman Malaysia saya bernama Azlan, dia mempunyai ide untuk membangunkan para mahasiswa yang biasanya tidur 'molor'. Ide ini sangat berkesan untuk para mahasiswa asing yang ikut bergabung menabuh barang apapun untuk menghasilkan suara, dimana hal ini tidak berlaku di negaranya.


'Ramadhan di UUM'

Lain halnya suasana di AiU, di UUM kurang lebih sama dengan apa yang ada di Alor Setar. Mungkin karena letak geografis dari kampus AiU yang berada di ibu kota negara bagian Kedah, yang identik dengan keramaian. Di UUM, letaknya berada di perbatasan Malaysia-Thailand, dan masuk pedalaman bekas tambang timah (menurut sejarah yang saya baca). Karena letaknya yang nampaknya terisolasi dari dunia luar, UUM sepertinya menjadi kota baru di sekitar Sintok. Ada istilah kalau Sintok tidak punya UUM, mungkin Sintok adalah kota mati.

Biasanya kami mengandalkan ilmu 'mencari takjil gratis' yang lokasinya di masjid kampus. Sudah biasa bagi kami sebagai mahasiswa rantau, konsep ini harus kami terapkan. Hitung - hitung sedikit mengirit biaya makan. Kami hanya membeli makanan pada waktu sahur. Dan terkadang sahur, kita juga dapat makanan dari masjid setelah selesai sholat isya'.

Beginilah suasana ramadhan tahun 2015 di kampus saya.
Jalan menuju masjid

ke arah asrama

Jalan menuju masjid

Huda dan saya menyantab sahur, sahabat lulusan gontor dari Bekasi

menu sahur, ayam merah + telur orak arik

Masjid Sultan Badlishah, UUM

Suasana dalam masjid

Antri berbuka puasa

Suasana berbuka bersama

Suasana berbuka bersama (1)
Adzan adalah hal yang sangat dinantikan

Suasana berbuka bersama (2)

*Ditulis di kamar asrama TNB 2A216, menunggu saat berbuka puasa dan pulang dari UAS terakhir semester ini.
Share:

Friday, 19 June 2015

Ayo Berbahasa Indonesia !!


Mungkin artikel ini adalah artikel pertama saya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Setelah hampir semua artikel yang sudah saya tulis dengan menggunakan bahasa Inggris. Tujuan pertama membuat blog ini pada dasarnya dilandasi oleh keinginan pribadi untuk menyebarkan 'ilmu pengetahuan' ke seluruh dunia, bukan cuman berfokus audience yang ada di Indonesia. Banyak pembaca yang faham, banyak amal yang akan saya peroleh. Aaamin :)

Kenapa? Karena saya dulu 'dipaksa' membuat blog sama dosen di kampus lama yang standar bahasanya berbasis International, yaitu bahasa Inggris. Lihat saja alamat yang ada di blog ini saja masih ada 'bau' kampus lama,  AIU (Albukhary International University). Jadi itulah alasan kenapa saya menulis semua artikel dalam bahasa Inggris. Kalaupun bahasa Indonesia jadi bahasa International, saya akan menulis semua artikel saya dalam bahasa Indonesia.

Loh terus kenapa kok sekarang pakai bahasa Indonesia? Karena jiwa patriotisme dan nasionalisme saya yang tinggi serta sangat bangga sekali menjadi orang Indonesia, toh  kenapa saya tidak pakai bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia juga bahasa yang mudah dipahami oleh orang Indonesia dan mudah dipelajari oleh orang asing.

Bercerita dalam bahasa Indonesia sangat fleksibel karena ada sebagian kata yang ada dalam bahasa kita itu tidak bisa diartikan langsung dalam bahasa Inggris. Jadi, rasanya sih ga asik kalo bercerita pengalaman dalam bahasa Inggris. Orang melayu, khususnya teman se-kampus saya, suka berbicara bahasa Indonesia kalau ketemu orang Indonesia. Meskipun, logat mereka yang agak cengkok melayu, tapi mereka mencoba menyesuaikan dengan aksen kita. hehe.

Agak aneh memang logat mereka kalau berbicara bahasa kita. Mungkin, akibat dari sinetron Indonesia yang sudah masuk Malaysia bertahun - tahun, jadi kalau ketemu kita sudah 'agak' bisa meniru dari sinetron itu. Dan begitupun dengan orang Indonesia yang suka nonton kartun yang 'botak' asal Malaysia. Yah, begitulah efek media yang sangat cepat masuk ke sistem sosial di masyarakat.

Jadi mulai hari ini, saya akan sedikit bercerita tentang kehidupan kampusku dan jalan - jalan serta pengalaman hidup dengan bahasa Indonesia. Berbahasa Indonesia yang baik itu perlu. Kalau ada pendapat yang bilang,"ga usah sok inggris loe, ngomong sama orang sendiri aja pake inggris segala". <-- menurut saya ini pendapatnya orang yang kolot. Orang Indonesia itu perlu belajar bahasa asing, supaya tidak 'dibodohi' sama orang asing. Kalau ada orang asing yang 'ngomongin' kita, kita jadi tahu apa maksut yang mereka omongin. 

Kalau kedua belah pihak setuju pakai bahasa Inggris, ya sah - sah saja sih menurutku. Mungkin mereka mau mengembangkan ilmu bahasa asing mereka. Kalau ada yang kontra, ya silahkan pakai Bahasa Indonesia.

Oh ya satu lagi, orang yang bisa bahasa Inggris juga bukan orang yang 'wah' karena kemampuan mereka dalam bahasa asing. Ingat, pemulung di Amerika saja pakai bahasa Inggris loh, jadi tidak usah berlebihan menilai orang yang bisa bahasa asing. :D

Kita semua bisa maju, kalau kita mau untuk maju. Semangat !!


ditulis di Dewan Penginapan Pelajar UUM TNB 2A216
Share: